Seseorang yang berhasil mereguk keuntungan dari
cryptocurrency adalah Chris Larsen. Karena ia adalah orang dibalik Ripple. Ripple, semacam jaringan tukar mata uang berbasis
software yang memungkinkan melakukan transaksi global dalam ukuran berapa pun dengan sangat cepat dan gratis.

Photo by
Mark Finn on
Unsplash
Chris Larsen menciptakan Ripple Labs pada 2012, lantas memproduksi Ripple. Ia memiliki aset 5,19 miliar dalam bentuk
cryptocurrency.
Forbes melaporkan, Larsen juga memiliki 17% saham dari perusahaan yang ia dirikan.
Chris Larsen sendiri menciptakan Ripple setelah melihat peluang
bitcoin dan
cryptocurrency banyak yang meroket, tapi mata uang digital ini acap tidak di akui oleh sebagian besar pemerintah, perusahaan, dan bank.
Pada awalnya, Chris Larsen mendirikan mendirikan Lembaga pembiayaan
online e-Loan pada 1997. Delapan tahun kemudian Prosper, perusahaan peminjaman
peer-to-peer ia dirikan dan memiliki valuasi USD1 miliar. Kemudian pada 2012, ia mendirikan sebuah perusahaan bernama OpenCoin.
Baru pada 2013, OpenCoin diganti menjadi Ripple Labs. Perusahaannya mengontrol 61 miliar dari 100 miliar XRP. Ripple menyebut Mitsubishi Financial, Bank of America dan Santander adalah bagian dari 100-an
customer mereka.
Pada 2016, Larsen sudah menanggalkan jabatan CEO di Ripple. Tapi tetap menjadi komisaris eksekutif. Pada 2017 Ripple hanya diperdagangkan $0.006 per token, sekarang sudah mencapai USD2. Pada 2018, Larsen menjadi bagian dari 20 orang terkaya di Amerika. Terutama setelah XRP melonjak lebih dari 1.300 persen dalam beberapa minggu.
Pada Januari 2018, kekayaan Larsen sempat menembus USD59 miliar bahkan membuatnya lebih kaya disbanding Mark Zuckerberg.
Forbes hanya menghitung kekayaan bersihnya berdasarkan dari XRP yang ia miliki secara pribadi, yang berupa 17 persen saham di Ripple.
Ripple sendiri merupakan satu-satunya
cryptocurrency yang didukung oleh Google Ventures. Ripple Labs telah menciptakan banyak minat pada teknologi
Blockchain dengan
Interledger Protocol (ILP), termasuk dari Apple dan Google, menurut
International Business Times.
ILP bisa membawa teknologi ini untuk penggunaan yang lebih luas. Ripple berfungsi sebagai
co-chair dari W3C's Web Payments Working Group, menempatkan perusahaan tersebut dalam kontak reguler dengan penyedia teknologi. Menariknya, sistem Ripple juga telah digunakan oleh Citi, Visa, dan Nasdaq.
Ripple menawarkan keunggulan seperti
Blockchain untuk penyelesaian pembayaran internasional yang lebih cepat, dan telah menambahkan 75 klien di dunia perbankan. Sementara itu menurut
finance.yahoo.com, Ripple mengumumkan bahwa pihaknya telah menandatangani 10 bank baru dari seluruh dunia, termasuk BBVA di Spanyol; MUFG di Jepang; Akbank di Turki; SEB di Swedia; Axis Bank dan Yes Bank di India.
Sebanyak 47 bank di Jepang juga telah menerapkan Ripple pada bulan Maret. Selain itu, klien raksasa Ripple juga kian bertambah seperti Bank of America, RBC, Standard Chartered dan UBS. Dengan demikian Ripple mendapatkan daya tarik yang pesat. ** (SS)