Jika Anda sudah punya pasangan namun masih sering memberi
like di
postingan mantan, Anda bisa dianggap melakukan selingkuh
online.
Lho, bagaimana bisa?
Pxhere.com
Barangkali sudah merupakan hal yang wajar, ketika sedang mengakses sosial media dan melihat
postingan atau foto-foto menarik dari seorang teman, maka kita senantiasa memberikan tanda
like pada
postingan tersebut. Apalagi di era modern seperti sekarang, aktivitas digital kian sulit dibendung.
Akan tetapi,
MALEnials perlu mengetahui, bahwa dampak menyukai kiriman seseorang bisa lebih hebat dari yang Anda pernah bayangkan sebelumnya. Seorang Psikolog dari University of South Wales, Dr. Martin Graff menemukan istilah baru, yaitu ‘
micro-cheating’ (selingkuh kecil).
Micro cheating diartikan sebagai tindakan di dunia maya yang menandakan seseorang tidak jujur terhadap pasangannya.
Yang termasuk ke dalam aksi selingkuh
online meliputi beberapa kegiatan. Antara lain melihat
postingan mantan kekasih di media sosial, mengirim
emoji intim kepada orang yang bukan pasangan serta menyimpan kontak lawan jenis dengan nama samaran.
“Bisa juga suatu hal sederhana seperti senantiasa memberikan tanda ‘
like’ di
postingan seseorang di
Instagram. Atau mungkin mengomentari status orang lain di Facebook,” kata Martin.
Saat ini setiap kalangan muda milenial hampir dipastikan mempunyai akun media sosial, bahkan jumlahnya bisa lebih dari dua. Akibatnya, masing-masing pasangan saling menyepakati kembali hal apa saja yang dianggap wajar dan boleh dilakukan oleh pasangan mereka ketika sedang berselancar di dunia maya.
Pada dasarnya, aksi di media sosial yang termasuk ke dalam kategori selingkuh
online adalah segala bentuk perbuatan tak peduli positif atau negatif yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasangan, alias sembunyi-sembunyi. Tindakan tersebut dapat memicu konflik antara Anda dan si dia.
Dr. Martin juga percaya, bahwa
micro-cheating merupakan konsep nyata, dimana tidak semua orang akan meyakininya. “Kerahasiaan atau samarnya komunikasi memang sering terjadi. Tapi bukan berarti selalu tergolong pada
micro-cheating,” tuturnya.
Sejumlah data ternyata mendukung argumen Martin. Perpisahan akibat media sosial ternyata menjadi fenomena global. Misalnya di Inggris, sekitar 33% pasangan yang berpisah mengaku penyebabnya dipicu oleh Facebook. Sementara di Indonesia sendiri, sekitar 80% konflik antara pasangan yang akhirnya berpisah ternyata juga disebabkan oleh media sosial.**GP